Penyelenggaraan pendidikan nasioanl sesuai dengan amanat Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional “harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global”. Dinyatakan pada pasal 36 ayat 3 bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan; tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta dinamika perkembangan global.
Pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Setidaknya ada empat yang harus dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of thingking, ways of working, tools for working and skills for living in the word. Bagaimana seorang pendidik harus mendesain pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik memenuhi kebutuhan abad 21. Berikut kemampuan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik, yaitu:
1. Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir yang harus dikuasai peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya: kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar.
2. Ways of working. kemampuan bagaimana mereka harus bekerja. dengan dunia yang global dan dunia digital. beberapa kemampuan yang harus dikuasai peserta didik adalah communication and collaboration. Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi dengan baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi. Juga harus mampu berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan jaringan. Jaringan komunikasi dan kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan kemampuan yang berbeda-beda.
3. Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat untuk bekerja. Penguasaan terhadap Information and communications technology (ICT) and information literacy merupakan sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis segala sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4. Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21, yaitu: Citizenship, life and career, and personal and social responsibility. Bagaimana peserta didik harus hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan sosial.
Berikut perbedaan pembelajaran abad 20 dengan pembelajaran abad 21
Jenis | Pembelajaran Abad 20 | Pembelajaran Abad 21 |
Lingkungan | Berpusat pada pendidik | Berpusat pada peserta didik |
Aktivitas Kelas | Pendidik sebagai sentral dan bersifat didaktis | Peserta didik sebagai sentral dan bersifat interaktif |
Peran Pendidik | Menyampaikan fakta-fakta, pendidik sebagai ahli | Kolaboratif, kadang-kadang peserta didik sebagai ahli |
Penekanan Pengajaran | Mengingat fakta-fakta | Hubungan antara informasi dan temuan |
Konsep Pengetahuan | Akumulasi fakta secara kuantitas | Transformasi fakta-fakta |
Penilaian | Soal-soal pilihan berganda | Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan |
Penampilan Keberhasilan | Penilaian acuan norma | Kuantitas pemahaman, penilaian acuan patokan |
Penggunaan Teknologi | Latihan dan praktek | Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi |
Pendidik harus mengubah paradigma pembelajaranya agar peserta didik memiliki kemampuan di abad 21, yaitu:
1. Pendidik sebagai pengarah menjadi sebagai fasilitator, pembimbing dan konsultan.
2. Pendidik sebagai sumber pengetahuan menjadi sebagai kawan belajar.
3. Belajar diarahkan oleh kurikulum menjadi diarahkan oleh siswa-kulum.
4. Belajar terjadwal secara ketat dengan waktu terbatas menjadi belajar secara terbuka, ketat dengan waktu fleksibel sesuai keperluan.
5. Belajar berdasarkan fakta menjadi berdasarkan projek dan survei.
6. Bersifat teoritik, prinsip dan survei menjadi dunia nyata, refleksi prinsip dan survei.
7. Pengulangan dan latihan menjadi penyelidikan dan perancangan.
8. Aturan dan prosedur menjadi penemuan dan penciptaan.
9. Kompetitif menjadi collaboratif.
10. Berfokus pada kelas menjadi berfokus pada masyarakat.
11. Hasilnya ditentukkan sebelumnya menjadi hasilnya terbuka.
12. Mengikuti norma menjadi keanekaragaman yang kreatif.
13. Komputer sebagai subjek belajar menjadi peralatan semua jenis belajar.
14. Presentasi dengan media statis menjadi interaksi multimedia dinamis.
15. Komunikasi sebatas ruang kelas menjadi tidak terbatas.
16. Tes diukur dengan norma menjadi unjuk kerja diukur pakar, penasehat dan teman sebaya.
Pembelajaran abad 21 sekarang ini hendaknya disesuaikan dengan kemajuan dan tuntutan zaman. Begitu halnya dengan kurikulum yang dikembangkan saat ini oleh sekolah dituntut untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru/pendidik (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan anak yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skils).
Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang mendorong peserta didik untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana pembelajaran yang dibuatnya.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik memiliki beberapa karakter yang sering di sebut sebagai 4C, yaitu:
1. Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.
2. Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.
3. Critical Thinking and Problem Solving
Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4. Creativity and Innovation
Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
Selain pendekatan pembelajaran, peserta didik pun harus diberi kesempatan untuk mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi informasi dan komunikasi khususnya komputer.
Literasi ICT adalah suatu kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran untuk mencapai kecakapan berpikir dan belajar peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang harus disiapkan oleh pendidik adalah kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menggunakan teknologi komputer untuk melatih keterampilan berpikir kritisnya dalam memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan teman sejawat, guru-guru, ahli atau orang lain yang memiliki minat yang sama.
Aspek lain yang tidak kalau pentingnya adalah assessmen. Pendidik harus mampu merancang sistem assessmen yang bersifat kontinyu - ongoing assessmen - sejak peserta didik melakukan kegiatan, sedang dan setelah selesai melaksanakan kegiatannya. Assessmen bisa diberikan diantara peserta didik sebagai feedback, oleh pendidik dengan rubric yang telah disiapkan atau berdasarkan kinerja serta produk yang mereka hasilkan.
Untuk mencapai tujuan di atas, pendekatan pembelajaran yang cukup menantang bagi pendidik adalah pendekatan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning atau PBL).
Di dalam mengembangkan PBL, pendidik dituntut untuk menyiapkan unit plan, sebagai portfolio guru dalam proses pembelajarannya. Di dalam unit plan, pendidik harus mengarahkan rencana proyeknya dalam sebuah Kerangka Pertanyaan berdasarkan SK/KD yang ada dalam kurikulum. CFQ atau Curriculum frame Question adalah sebagai alat untuk mengarahkan peserta didik dalam mengerjakan proyeknya, sehingga sesuai dengan tujuan yang telah direncakan.
Pendidik harus menyiapkan materi-materi pendukung untuk kelancaran proyek peserta didik, demikian pula peserta didik harus mampu membuat contoh-contoh hasil tugasnya untuk ditampilkan atau dipresentasikan di depan temannya. Pada saat presentasi hasil proyeknya peserta didik mendapat kesempatan untuk melakukan assessmen terhadap temannya - peer assessmen, memberikan feedback pada hasil kerjanya.
Dalam rencana pelajaran pendidik pun harus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk melaporkan hasil proyeknya dalam berbagai bentuk, bisa dalam bentuk blog, wiki, poster, newsletter atau laporan. Kegiatan yang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking harus dirancang dalam rencana pelajaran pendidik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan analisis, sintesis dan evaluasi melalui proyek yang mereka kerjakan.
PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik yang diyakini para ahli mampu menyiapkan peserta didik kita untuk menghadapi dunia kerja di abad ke-21.
Menurut para ahli, project-based learning merupakan salah satu pendektan pembelajaran yang berpusat pada siswa/peserta didik yang mampu mengembangkan semua kecakapan di atas. Hal ini dikarenakan PBL memiliki karakteristik sebagai berikut:
· Peserta didik menjadi pusat atau sebagai obyek yang secara aktif belajar pada proses pembelajaran.
· Proyek-proyek yang direncanakan terfokus pada tujuan pembelajaran yang sudah digariskan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam kurikulum.
· Proyek dikembangkan oleh pertanyaan-pertanyaan sebagai kerangka dari kurikulum (curriculum-framing question).
· Proyek melibatkan berbagai jenis dan bentuk assessmen yang dilakukan secara kontinyu (ongoing assessmen).
· Proyek berhubungan langsung dengan dunia kehidupan nyata.
· Peserta didik menunjukkan pengetahuannya melalui produk atau kinerjanya.
· Teknologi mendukung dan meningkatkan proses belajar peserta didik.
· Keterampilan berpikir terintegrasi dalam proyek.
· Strategi pembelajarn bervariasi karena untuk mendukung oleh berbagai tipe belajar yang dimiliki oleh siswa (multiple learning style).
Selanjutnya sebagai seorang pendidik, harus mampu mengatur dan mendesain pembelajaran agar peserta didik memiliki kemampuan di abad 21 ini. Dengan demikian peran pendidik di abad 21, yaitu:
1. Pendidik sebagai fasilitator,
2. Pendidik sebagai pembimbing,
3. Pendidik sebagai konsultan,
4. Pendidik sebagai motivator,
5. Pendidik sebagai monitor (memonitor aktivitas siswa),
6. Pendidik sebagai kawan belajar bagi peserta didik.
Referensi: